Talk Show Ruang Publik KBR Dinamika Perawatan Diri dan Pencegahan Disabilitas pada Kusta Di Lapangan
Kusta alias lepra atau penyakit Morbus Hansen adalah infeksi menular kronis yang menyerang sistem saraf, kulit, selaput lendir hidung, dan mata. Penyakit kulit ini merupakan penyakit tertua di dunia, kemunculannya sudah ada sejak tahun 600 sebelum Masehi.
Kusta dapat disembuhkan dengan terapi sejumlah obat selama 6-12 bulan. Penanganan dini akan menghindarkan dari kecacatan.
Hari kusta sedunia diperingati tanggal 30 Januari 2022 kemarin. Hari Kusta Sedunia merupakan wadah sekaligus kesempatan bagi masyarakat dunia untuk merayakan orang yang pernah mengalami kusta, meningkatkan kesadaran terhadap penyakit dan menyerukan stigma juga diskriminasi terhadap penyakit kusta.
Namun pada kenyataannya penderita kusta dan penyandang disabilitas karena kusta umumnya masih kesulitan untuk mendapatkan akses layanan kesehatan yang optimal. Minimnya informasi untuk tata cara perawatan dan penanganan kusta. Tidak semua layanan kesehatan mengerti bagaimana penanganan kusta, selain itu juga masih tingginya stigma masyarakat terhadap penderita kusta. Hal ini menyebabkan orang dengan disabilitas akibat kusta akan mengalami keperparahan penyakitnya dan menularkan bakteri pada orang lainnya. Kecacatan akibat kusta pun tidak bisa dihindarkan.
Menurut dr. M Riby Machmoed MPH pada acara Talk show Ruang publik KBR mengatakan kusta ini masih dianggap tabu, banyak masyarakat sendiri yang malu dengan penyakit kusta, dianggap penyakit kutukan. Padahal obatnya sudah ada, dan penderita yang melakukan pengobatan rutin itu tidak akan menular ke sekitar.
Melihat data kasus nasional (2020) penyakit kusta dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Berdasarkan wilayah terdapat 3 daerah tertinggi kasus penyakit kusta yaitu Jawa Timur 2139 Jawa barat 1845 dan papua 1200 (dr. M Riby Machmoed MPH). Perlu upaya edukasi yang tepat dan penanganan perawatan kusta pada masyarakat dengan melibatkan berbagai sektor.
Menurut ibu Sierly di Makasar sendiri saat ada kasus baru, penderita tersebut menstigma diri sendiri, malu dan tidak terima bahwa ia menderita penyakit kusta. Akhirnya dilakukan pendampingan oleh keluarga, tenaga kesehatan dan kwarsor TB kusta sebagai penanggung jawab dengan pemberian edukasi dan motivasi bahwa penyakit Kusta ini bisa disembuhkan. Dengan adanya dukungan moral dari berbagai pihak dan penjelasan yang dimengerti dari petugas sendiri akhirnya pasien bisa menerima dan mau melakukan pengobatan.
Penanganan pertama pasien kusta yaitu penyuluhan, lalu observasi adanya kelainan fungsi saraf atau penyakit bawaan. Adapun langkah-langkah perawatan diri pasien kusta yang mempunyai kelainan fungsi saraf yaitu:
1. Dilakukan perendaman pada daerah-daerah yang terjadi penebalan agar penebalan berkurang
2. Digosok dengan batu apung agar penebalan berkurang
3. Menggosok minyak kelapa pada daerah penebalan
4. Istirahat (kalau ada luka bisa ditutup dengan kain bersih)
Perawatan diri tersebut dilakukan setiap hari agar terhindar dari cacat, kalaupun sudah cacat agar cacatnya tidak menyeluruh atau makin parah.
Tambahan dari dr. M Riby Machmoed MPH jangan lupa selalu melakukan 3M yaitu memeriksa, merawat dan melindungi daerah yang terkena kusta.
Yukk kita bantu mereka jangan sampai kehilangan harapan. Kalau tidak ada dukungan dari kita dari siapa lagi?
#RuangPublikKBR
Komentar
Posting Komentar